Warna  

Antara Perbuatan Zahir dan Suasana Hati: Menelusuri Tanda-tanda Ketergantungan pada Amal

Ilustrasi

KLIK24.NEWS Warna – Imam Ibnu Athaillah dalam Kalam Hikmatnya membuka perenungan terhadap hakikat amal, membaginya menjadi dua jenis: perbuatan zahir dan perbuatan hati atau suasana hati yang terkait dengannya. Artikel ini akan menjelaskan konsep tersebut, menyoroti bahwa beberapa orang dapat melakukan perbuatan zahir serupa, tetapi suasana hati mereka berbeda. Dalam konteks ini, pengaruh amalan terhadap suasana hati menandakan ketergantungan pada amalan, baik itu amalan zahir atau amalan batin.

BACA JUGA : PT PLN Grup Jalin Kerja Sama Strategis dengan Tujuh Perusahaan China dalam Forum Bisnis Indonesia-China

Hati yang bersandar pada amalan, baik yang terlihat atau yang tersembunyi, memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap individu. Namun, hati yang bebas dari ketergantungan pada amalan, baik itu zahir maupun batin, adalah hati yang menghadap sepenuhnya kepada Allah tanpa membawa amalan sebagai alat tawar-menawar. Orang yang demikian tidak membatasi kuasa dan kemurahan Allah dengan amalan mereka. Mereka memahami bahwa Allah berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh makhluk-Nya.

Sebelum mencapai tingkat kesadaran spiritual, manusia cenderung bersandar pada amalan, baik itu amalan zahir atau amalan batin. Namun, kekuatan ketergantungan pada amalan dapat memengaruhi hubungan seseorang dengan Tuhan. Beberapa mencari faedah duniawi, sementara yang lain mencari faedah akhirat. Namun, kepercayaan yang terlalu kuat pada amalan dapat membuat manusia kehilangan atau melemahkan ketergantungannya pada Tuhan.

BACA JUGA : Malam Ramah Tamah Forkopimda, Pj. Wali Kota Kotamobagu Sambut Kepala Kejaksaan Tinggi Sulut

Imam Ibnu Athaillah mengingatkan kita bahwa pergantungan yang lemah terhadap Allah terlihat saat kita terperosok dalam perbuatan maksiat atau dosa. Jika kesalahan membuat kita berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah, itu menunjukkan pergantungan yang lemah. Firman-Nya: “Wahai anak-anakku! Pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah melainkan kaum yang kafir ”. ( Ayat 87 : Surah Yusuf ).***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *