KLIK24.NEWS Nusakambangan, cilacap – Pulau Nusakambangan kini menghadirkan wajah baru. Dari yang dikenal sebagai “pulau penjara”, kini perlahan berubah menjadi pusat pemberdayaan. Melalui program workshop pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), abu sisa pembakaran batu bara di PLTU Adipala, warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan berhasil mengolah limbah menjadi produk konstruksi bernilai ekonomi, seperti batako, paving block, roaster, hingga buis beton.
Program kolaborasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) bersama PT PLN (Persero) ini menjadi bagian dari transformasi pembinaan, sekaligus langkah nyata dalam mewujudkan ekonomi sirkuler.
Sejumlah warga binaan mengaku bersyukur mendapatkan bekal keterampilan baru. Kevin Ruben Rafael, warga binaan Lapas Terbuka Nusakambangan, mengatakan ilmu yang diperoleh dari pelatihan ini akan sangat bermanfaat ketika kembali ke masyarakat.
BACA JUGA : Wali Kota Weny Gaib Pimpin Rapat Forkopimda Bersama Pemerintah dan Masyarakat Kotamobagu
“Ini sangat membantu kami sebagai warga binaan. Nanti, ketika keluar, ilmu ini bisa kami gunakan untuk kehidupan yang lebih baik,” ungkap Kevin. Hal serupa disampaikan Listianto, warga binaan Lapas Nirbaya Nusakambangan.
“Alhamdulillah, saya bisa ikut program ini. Saya ingin mandiri, saya ingin kembali ke masyarakat dengan lebih baik lagi,” ujarnya. Menteri Imipas, Agus Andrianto, memberikan apresiasi atas dukungan PLN.
“Program ini adalah model pelatihan kerja yang sedang kami galakkan untuk mempersiapkan warga binaan agar siap kembali ke masyarakat,” jelas Agus saat meninjau workshop FABA di Nusakambangan, Selasa (9/9).
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menilai keberhasilan warga binaan mengolah limbah menjadi komoditas produktif adalah langkah besar bagi pembinaan.
BACA JUGA : Wali Kota Weny Gaib Kukuhkan Anggota Satlinmas Kotamobagu, Tegaskan Komitmen Jaga Keamanan dan Ketertiban
“Kami bangga, warga binaan mampu menghadirkan produk berkualitas dari FABA. Kegiatan ini menciptakan lapangan kerja, memberi dampak positif bagi masyarakat, sekaligus menjadi solusi ramah lingkungan,” kata Darmawan.
Saat ini, workshop FABA Nusakambangan telah dilengkapi dua unit mesin dengan kapasitas produksi hingga 2 juta paving block dan 1 juta batako per tahun. Jika berjalan optimal, potensi omzet bisa mencapai Rp5,4 miliar per tahun. Sebanyak 30 warga binaan kini aktif dalam produksi, dan jumlah itu diproyeksikan terus bertambah seiring pendampingan berkelanjutan.
“Nusakambangan ke depan akan menjadi percontohan nasional, bagaimana lapas bisa menjadi pusat pemberdayaan ekonomi sekaligus ruang pembinaan yang produktif,” pungkas Darmawan.
Transformasi ini menegaskan bahwa Nusakambangan bukan lagi sekadar “pulau penjara”, tetapi juga laboratorium kehidupan baru yang memberi harapan, keterampilan, dan masa depan bagi warga binaan.***


















