Warna  

“Menyingkap Tabir Ketergantungan: Antara Amalan dan Keadaan Hati”

KLIK24.NEWS warna – Menyingkap Tabir Ketergantungan, Kalam Hikmat Imam Ibnu Athaillah membawa kita ke dalam pemahaman hakikat amal, memisahkannya menjadi perbuatan zahir dan suasana hati. Artikel ini akan menguraikan lebih lanjut konsep ini, menyoroti bagaimana perbuatan zahir dan suasana hati saling terkait, membentuk pola ketergantungan pada amalan.

Sebagai manusia, seringkali kita melakukan perbuatan zahir yang serupa, tetapi hati kita meresponsnya dengan cara yang berbeda. Pengaruh amalan pada suasana hati dapat menjadi penanda ketergantungan pada amal, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Imam Ibnu Athaillah menekankan bahwa hati yang bebas dari ketergantungan pada amalan, baik zahir maupun batin, adalah hati yang sepenuhnya menghadap kepada Allah tanpa memandang amalan sebagai alat tawar-menawar.

BACA JUGA : Go Live Program Centralized Payment Wave 4: PLN Transformasi Digital Tata Kelola Keuangan

Pentingnya memahami bahwa Allah berdiri sendiri dan tidak terikat oleh amalan makhluk-Nya. Orang yang arif tidak membatasi kemurahan Tuhan dengan amalan mereka; sebaliknya, mereka menyadari bahwa apa pun yang mengenai Allah adalah mutlak dan tanpa batas.

ini juga mengeksplorasi fase awal dalam perjalanan spiritual, di mana manusia cenderung bersandar pada amalan, entah itu amalan zahir untuk kepentingan dunia atau amalan batin untuk kepentingan akhirat. Namun, terlalu kuatnya ketergantungan pada amalan bisa membuat seseorang kehilangan fokus pada Tuhan.

BACA JUGA : Pemkot Kotamobagu dan KPK RI Sosialisasi Anti Korupsi di Lingkungan Pemerintah Daerah dan Pelaku Usaha

Imam Ibnu Athaillah memberikan petunjuk penting dengan menunjukkan bahwa pergantungan yang lemah pada Allah terungkap saat manusia terjerumus dalam dosa. Firman Allah dalam Surah Yusuf menegaskan bahwa hanya kaum yang kafir yang berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah.

Menyingkap Tabir Ketergantungan ini akan membimbing pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan Allah, sejauh mana pergantungan mereka pada-Nya, dan bagaimana amalan mereka mencerminkan hubungan spiritual yang lebih dalam.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *