PLN Sukses Meningkatkan Penggunaan Biomassa melalui Co-Firing di 41 PLTU

Petugas PLN melakukan pengecekan terhadap biomassa sawdust yang akan digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten.

KLIK24.NEWS Jakarta – PLN Sukses terus menunjukkan komitmennya dalam mengurangi emisi karbon dan mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emissions pada 2060. Melalui program co-firing, PLN berhasil meningkatkan penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara di 41 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di seluruh Indonesia.

BACA JUGA : PLN Siap Pasok Listrik Andal untuk FIFA World Cup U17

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa hingga triwulan III 2023, PLN berhasil memproduksi energi bersih sebesar 718.458 Megawatt hour (MWh) dan berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 717.616 ton CO2 melalui teknologi co-firing.

Ilustrasi penggunaan pelet biomassa dari kayu pohon kaliandra merah sebagai substitusi batu bara di PLTU Indramayu, Jawa Barat.

“Program co-firing adalah langkah nyata PLN untuk menekan emisi karbon, dan melalui program ini, kami berhasil menurunkan emisi karbon hingga 717.616 ton CO2,” ujar Darmawan. Penerapan co-firing dilakukan dengan memanfaatkan biomassa sebanyak 668.869 ton pada 41 PLTU yang terlibat dalam program ini. Darmawan menjelaskan bahwa penggunaan biomassa untuk program ini ditargetkan mencapai 1,08 juta ton pada akhir tahun, dan PLN berencana terus meningkatkannya hingga mencapai 10,2 juta ton pada tahun 2025.

“Penerapan co-firing ditargetkan mampu menghasilkan listrik hijau hingga 942 ribu MWh pada akhir 2023. Kami optimistis dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton CO2 pada tahun 2023 bisa tercapai,” tambah Darmawan.

PLN juga telah merancang peta jalan nasional program co-firing hingga tahun 2025. Darmawan menyatakan bahwa ke depan, PLN akan lebih agresif dalam mengimplementasikan program co-firing dari 41 PLTU yang sudah terealisasi ke PLTU lainnya, sehingga secara bertahap target 52 PLTU di 2025 dapat tercapai, dan akan terus menyumbang kontribusi peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).

Penggunaan biomassa sawdust oleh PLN yang umumnya berasal dari limbah furniture untuk digunakan sebagai bahan bakar substitusi batu bara pada beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), antara lain PLTU Paiton, PLTU Rembang, dan PLTU Tanjung Awar-awar yang berada di Jawa Timur.

Darmawan menegaskan bahwa program co-firing bukan hanya upaya dalam mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung ekonomi kerakyatan. Program ini melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa, meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan, dan mengikuti prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

BACA JUGA : Peringatan Hari Listrik Nasional: Pj. Wali Kota Hadiri Jalan Sehat dan Aksi Bersih Lingkungan

“Kami mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam menyediakan rantai pasok biomassa program co-firing ini. Biomassa yang dipergunakan melibatkan berbagai bahan seperti sawdust, serpihan kayu, cangkang sawit, bonggol jagung, dan bahan bakar jumputan padat,” tutup Darmawan.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *