KLIK24.NEWS Cepen – Surat dari Medan Perang, Gelap malam menyelimuti medan perang, dan suara tembakan dan letusan granat masih memenuhi udara. Kapten David Anderson duduk di bawah tenda sederhana, di antara tumpukan peta dan laporan militer yang berserakan. Kegelisahannya memuncak karena dia tahu besok mereka akan meluncurkan serangan besar-besaran.
David menggenggam pena, menggoreskan kata-kata pada selembar kertas. Dia menulis surat untuk keluarganya di rumah, seolah-olah ini adalah surat terakhirnya. Hatinya dipenuhi kekhawatiran untuk istrinya, Sarah, dan anak-anak mereka yang masih kecil.
BACA JUGA : Pangdam XIII/Merdeka Kunjungi Kota Kotamobagu: Apresiasi dan Silaturahmi dalam Kegiatan Latihan Menembak
“Sayang Sarah,
Aku tidak tahu bagaimana memulai surat ini. Kata-kata tidak dapat menggambarkan betapa aku merindukanmu dan anak-anak kita. Kita sudah begitu lama terpisah oleh perang ini, dan aku berharap semua ini akan segera berakhir.
Kami akan meluncurkan serangan besar besok. Ini adalah misi penting untuk membebaskan kota ini dari penjajah. Meskipun aku takut, aku tahu ini adalah pekerjaan yang harus kami lakukan. Aku berusaha keras untuk tetap berpikir tentangmu dan anak-anak kita setiap hari.
Anak-anak kita, Katie dan James, pasti tumbuh begitu cepat. Tolong beri tahu mereka betapa aku mencintai mereka dan akan segera kembali ke pelukan mereka. Beri mereka pelukan dariku, Sarah.
Aku merindukan senyummu, tawamu, dan canda tawa kita bersama. Aku tahu kita akan bisa menghadapinya bersama-sama. Tetap kuat, seperti yang selalu kau lakukan. Aku mencintaimu lebih dari kata-kata.
Segera setelah perang ini berakhir, aku akan kembali ke rumah. Kita akan memiliki masa depan yang lebih baik bersama. Jangan lupakan itu.
Selalu dalam doaku,
David”
BACA JUGA : Kemah Kerja Pemuda GMIBM Tahun 2023 dan Sampaikan Pesan Keharmonisan, Wali Kota Kotamobagu Hadiri Pembukaan
David melipat surat itu dengan hati yang penuh cinta dan meletakkannya di dalam amplop. Dia tahu dia tidak boleh terlalu lama meratap, karena besok adalah hari yang penting. Namun, surat itu adalah cara untuk mengingatkan dirinya sendiri mengapa dia berjuang dan untuk siapa dia berjuang.
Besok pagi, David dan pasukannya meluncurkan serangan dengan keberanian dan tekad yang kuat. Meskipun perjuangan berat, mereka berhasil memenangkan pertempuran itu dan membebaskan kota dari penjajah.
Setelah perang berakhir, David akhirnya bisa pulang ke rumah dan bersatu kembali dengan keluarganya. Surat itu, yang pernah menjadi tanda kasih sayang dan harapan di tengah medan perang yang gelap, kini menjadi kenangan yang menghangatkan hati mereka tentang perjuangan dan cinta yang tidak pernah pudar selama masa sulit tersebut.
Cerita ini menyoroti pengorbanan dan keberanian para prajurit dalam perang, serta kekuatan cinta dan harapan yang terus membara bahkan dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian dan bahaya.***