PLN dan Pemerintah Indonesia Aktif Dalam Kolaborasi Transisi Energi di ASEAN-Indo-Pacific Forum

AIPF menjadi sebuah wadah yang menghubungkan ASEAN dan Indo-Pasifik dalam dialog konstruktif untuk mendorong kemajuan kolaborasi di Indo-Pasifik. Kiri ke kanan: Caroline Chua (Head of Asia Pacific Decarbonization for BloombergNEF), Darmawan Prasodjo (Direktur Utama PLN), Kathy Wu (Regional President APAC of BP), Enoh T. Ebong (Director of the U.S. Trade and Development Agency), dan Goldy Hyder (CEO of Canada Business Council).

KLIK24.NEWS Jakarta – PT PLN (Persero) dan Pemerintah Indonesia terus memperkuat kerja sama dengan komunitas energi global untuk memastikan ketahanan energi nasional. Dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menekankan pentingnya kolaborasi dalam transisi energi untuk menyeimbangkan trilema energi, yaitu security (keamanan), affordability (keterjangkauan), dan sustainability (keberlanjutan).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menjelaskan bahwa AIPF bertujuan untuk mempertemukan sektor swasta dan publik di kawasan ASEAN dan Indo-Pasifik guna memperkuat kerja sama. Forum ini menjadi platform bagi negara-negara anggota ASEAN dan mitra untuk terlibat dalam diskusi konstruktif yang dapat menghasilkan proyek-proyek nyata yang akan meningkatkan kolaborasi di kawasan Indo-Pasifik.

BACA JUGA : Piala Ketua KONI dan PBVSI Kota Kotamobagu Tahun 2023, Wali Kota Kotamobagu Resmi Buka Turnamen Volley Ball Putra-Putri 

“Kita berkumpul di sini untuk membangun masa depan yang lebih terkoneksi, lebih makmur, dan lebih berkelanjutan bagi kawasan ASEAN dan Indo-Pasifik,” ujar Erick.

Darmawan menjelaskan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi semakin cepat, permintaan pasokan listrik juga meningkat. Tantangan utama adalah bagaimana menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan ketahanan energi.

Dalam forum ini Direktur Utama PLN juga menyampaikan langkah kolaboratif PLN bersama negara-negara ASEAN dalam bentuk ASEAN Power Grid. Kiri ke kanan: Caroline Chua (Head of Asia Pacific Decarbonization for BloombergNEF), Darmawan Prasodjo (Direktur Utama PLN), dan Kathy Wu (Regional President APAC of BP).

Darmawan juga mengungkapkan bahwa transisi energi kini semakin dimungkinkan karena tarif listrik dari energi baru terbarukan (EBT) semakin terjangkau. Namun, kendala terbesar dalam transisi energi adalah pembiayaan, mengingat pembangkit EBT memerlukan investasi besar di awal.

Dalam upaya menjalankan komitmen ini, PLN telah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, dan menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT. Selain itu, PLN juga sedang merancang ulang perencanaan ketenagalistrikan nasional dan mengembangkan green enabling super grid serta end-to-end smart grid untuk mendukung penetrasi energi surya dan angin yang lebih besar.

BACA JUGA : Dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Pemerintah Kota, Wali Kota Kotamobagu Melantik 102 Pejabat Struktural

Sistem ini akan digunakan untuk mendukung pembangunan ASEAN Power Grid, yang diharapkan mampu menghubungkan transmisi lintas negara-negara di ASEAN. Darmawan menegaskan bahwa ini mencerminkan perubahan positif dalam ASEAN menuju kesatuan yang lebih besar, dengan tujuan mencapai kemakmuran bagi kawasan Asia Tenggara.

CEO Canada Business Council, Goldy Hyder, menekankan bahwa transisi energi harus memperhatikan keterjangkauan dan ketahanan energi. Langkah-langkah dalam transisi energi harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *