Warna  

Mengenal Sindrom Stockholm: Dampak Psikologis Pada Korban Penculikan dan Penyanderaan

Illustrasi

KLIK24.NEWS Warna – Mengenal Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi psikologis yang muncul pada korban penculikan, penyanderaan, atau tawanan perang. Nama sindrom ini diambil dari peristiwa penculikan bank di Stockholm pada tahun 1973, di mana para tawanan mengembangkan hubungan emosional dengan para penyandera.

BACA JUGA : Pencanangan Gebyar Hari Ibu ke-95 dan HUT Dharma Wanita Persatuan ke-24, Pj. Wali Kota Kotamobagu Hadiri

Ciri khas sindrom Stockholm adalah perasaan positif, seperti kebahagiaan atau kenyamanan, yang muncul pada korban selama masa tawanan. Ini seringkali disertai dengan sikap simpati atau bahkan cinta terhadap pelaku kejahatan.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan sindrom Stockholm melibatkan adanya trauma, kekuasaan dan kontrol yang dipegang oleh pelaku terhadap korban, serta kebutuhan korban untuk bertahan dalam situasi yang sulit. Korban mungkin mengembangkan mekanisme pertahanan psikologis untuk menghadapi ketakutan dan stres, yang pada akhirnya dapat mengarah pada perasaan positif terhadap pelaku.

BACA JUGA : PT PLN dan Huawei Resmikan Joint Innovation Center untuk Percepatan Transisi Energi di Indonesia

Sindrom Stockholm mencerminkan kompleksitas psikologi manusia dalam menghadapi situasi ekstrem. Meskipun sindrom ini jarang terjadi, pemahaman terhadap kondisi ini dapat membantu para profesional di bidang psikologi dan keamanan untuk merancang strategi pemulihan bagi korban setelah mereka ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *